Tak banyak mengucapkan apa-apa, Vany hanya bilang senang bertemu dengan fans JKT48
Ciptakan turnover ideal
Para peneliti percaya bahwa employee engagement menjadi kunci untuk mengatasi umumnya masalah turnover yang tinggi. Seperti dikatakan sebelumnya, turnover ideal bisa jadi berbeda bagi tiap industri dan perusahan. Maka, akan sangat bijak jika apapun program employee engagement yang hendak dilakukan perusahaan selayaknya berfokus pada pengurangan turnover pada top performers dan top-tier hingga mendekati 0% dan turnover pada low performers setidaknya di bawah 10%.
Perusahaan juga perlu memerhatikan tingkat turnover pada average performer yang umumnya merupakan populasi terbesar dalam sebuah perusahaan. Memang tingkat turnover yang tinggi pada average performer tak memberikan dampak sebesar turnover pada top performer dan top tier, namun harus tetap diperhatikan dan dikendalikan.
Dampak terbesar dari turnover pada average performers adalah biaya rekrutmen dan biaya saat posisi kosong. Adapun biaya untuk meretensi average performer jauh lebih murah dari kombinasi biaya rekrutmen dan biaya saat posisi kosong. Itu artinya, strategi meretensi karyawan juga perlu difokuskan pada average performers.
https://www.michaelpage.co.id/sites/michaelpage.co.id/files/2015_IDMP_EMPLOYEE_INTENTIONS_FINAL.pdf
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1744-6570.2011.01239.x/full
Melalui website resmi, JKT48 mengumumkan member yang keluar dari idol group ini pada Senin, (11/1/21). Sebelumnya, Melody Laksani, selaku General Manager JKT48 sudah mengumumkan akan ada resktrukturisasi.
"Hanya ada satu cara JKT48 bertahan, cara itu adalah pengurangan jumlah member dan staf JKT48 agar grup ini tidak bubar," ucap Melody lewat YouTube JKT48 pada November 2020 lalu.
Pengumuman ini terjadi karena dampak dari pandemik COVID-19. Ya, sejak Maret 2020 hingga sekarang kegiatan JKT48 masih sulit dilakukan secara normal.
Tidak hanya itu, Melody juga menambahkan kalau JKT48 mengalami rugi besar. Sehingga salah satu satunya adalah resktrukturisasi. Siapa aja member yang keluar dari JKT48? Keep scrolling!
Fans JKT48 gak menyangka kalau Aya masuk ke dalam nama member yang akan keluar
Pemilik Jikoushokai' Seperti Kura-kura yang tangguh, kerahkan seluruh tenagaku untuk kalian', Keisya gak akan perfom lagi
Si kecil yang suka menebar kebahagiaan, Yori harus keluar dari JKT48 gara-gara pandemik
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Putri Elzahra atau yang sering disapa Puel harus keluar juga dari JKT48
Lalu, Siapa Member JKT48 yang Telah Dikeluarkan?
Namanya sempat trending di Twitter pada Kamis, 26 Agustus 2021 lalu. Perbincangan ini karena perempuan yang akrab disapa Ara ini secara resmi dikeluarkan dari JKT48. Hal ini diinisiasi oleh beredarnya foto bermesraan Ara dengan salah seorang pria. Zahra Nur Khaulah diduga melanggar golden rules atau peraturan yang mengikat semua member JKT48.
Member JKT48 berikutnya yang juga telah dipecat adalah Shalza Grasita. Dalam keterangan resmi JKT48 Operation Team mengeluarkan sebuah pengumuman mengenai dikeluarkannya Shalza dari Academy Class A pada 22 September 2020.
Pihak manajemen JKT48 menjelaskan bahwa wanita cantik yang telah mengikuti trainee selama dua tahun itu dikeluarkan dari JKT38 karena diduga melakukan tindakan yang tidak sesuai sebagai member JKT48. Hal ini sempat membuat penggemar geram, karena ia belum dimasukkan ke dalam tim inti JKT48.
Peraih posisi ketiga senbatsu, Riska Amelia atau Amel juga sepakat untuk keluar dari JKT48
, Jeane Victoria, resmi dikeluarkan. Hal ini sudah ditegaskan JKT48 dalam website resminya.
Dalam penulisan yang tertuang, Jeane Victoria diduga melanggar salah satu peraturan yang sudah disepakati bersama sebelum bergabung.
Jeane Victoria juga disebut sudah dipanggil berulang kali untuk dimintai keterangan. Tapi ternyata ia disebut tidak bisa mengklarifikasi masalah tersebut.
"Pengumuman Mengenai Jeane Victoria Terima kasih atas dukungannya untuk JKT48. Terkait kabar mengenai Jeane Victoria yang beredar di sosial media belakangan ini, kami telah beberapa kali memanggil dan meminta penjelasan dari yang bersangkutan," tulis pengumuman itu dilihat detikcom, Kamis (24/5/2024).
Maka dari itu, manajemen mengambil langkah tegas untuk mengeluarkan salah satu membernya itu karena dianggap tidak bicara benar.
"Setelah beberapa kali kami memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk menjelaskan terkait hal ini dengan sebenar-benarnya, namun selalu terdapat ketidaksesuaian fakta dari penjelasan yang diberikan kepada manajemen. Tidak adanya lagi rasa saling percaya mempersulit kami untuk melanjutkan kerjasama dengan yang bersangkutan dan situasi ini sangat kami sayangkan," terangnya lagi.
"Oleh karena itu, terhitung sejak diterbitkannya pengumuman ini yang bersangkutan tidak lagi tercatat sebagai member JKT48. Maka segala aktivitasnya pun tidak lagi berhubungan dengan JKT48. Mohon pengertiannya dan terima kasih. JKT48 Operation Team," papar keterangan tersebut.
Hal ini diduga lantaran tersebarnya foto mirip Jeane Victoria bermesraan dengan seorang pria. Seperti diketahui salah satu aturan ketat JKT48 atau Golden Rules adalah melarang membernya untuk menjalin hubungan asmara atau foto mesra dengan lawan jenis.
Anggota JKT48 yang baru saja dikabarkan dikeluarkan dari grup adalah Jeane Victoria. Hal tersebut terungkap melalui website resmi JKT48 yang dikeluarkan pada (22/05/2024) lalu.
Jeane diduga menjalin hubungan asmara dengan seorang pria yang terungkap melalui beberapa foto yang tersebar di media. Seperti yang diketahui, bahwa JKT48 memiliki peraturan ketat yang melarang anggotanya untuk menjalin hubungan asmara atau berfoto mesra dengan lawan jenis.
Pada hari Kamis, tanggal 26 Agustus 2021, nama Zahra Nur Khaula mencuat menjadi topik hangat di Twitter. Hal ini terjadi karena pengumuman resmi pemecatan Zahra dari JKT48, yang akrab dipanggil Ara.
Keputusan ini diambil menyusul penyebaran foto mesra antara Ara dan seorang pria. Dugaan terhadap Zahra Nur Khaulah adalah pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku bagi seluruh anggota JKT48.
Merekrut dan mempertahankan pegawai adalah salah satu kunci yang memengaruhi pertumbuhan perusahaan. Perputaran karyawan (turnover) yang cepat menimbulkan kerugian baik dari segi finansial maupun moral pada perusahaan dan karyawan yang masih bekerja.
Mengacu pada Gallup, turnover yang ideal adalah 10% dalam setahun. Tapi, persentase ideal bisa berbeda antara satu industri dengan industri lain dan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Namun, perusahaan tak cukup hanya menilai rendah tingginya turnover, karena bisa jadi turnover yang masih termasuk ideal berdasarkan standar Gallup, ternyata berpengaruh signifikan terhadap bottom line perusahaan. Oleh karena itu, hendaknya perusahaan melihat ‘Siapa yang keluar’ untuk mencari tahu akar masalah dan mengatasinya.
Istilah turnover bukan metrik yang cukup baik untuk menganalisa akar masalah. Perusahaan perlu menggunakan metrik lainnya yang lebih detail yaitu ‘siapa yang keluar’. Jika dari sebuah persentase turnover mayoritasnya adalah para top performers dan top-tier, maka bisa jadi pertanda bahwa ada masalah yang sangat vital dalam perusahaan, entah itu masalah manajemen, kultur atau gaji yang membuat mereka merasa disengaged dan memutuskan keluar.
Padahal, keluarnya para top performers membawa dampak signifikan bagi perusahaan karena output mereka empat kali lebih besar daripada karyawan biasa dengan gaji yang setara. Bisa jadi hubungan perusahaan dengan konsumen terganggu, bahkan putus hubungan, dan inilah yang kemungkinan akan memberikan dampak signifikan terhadap bottom line perusahaan.
Keluarnya para top-tier position juga memberikan dampak signifikan yaitu terhadap produktivitas dan ROA perusahaan. Proses untuk mencari pengganti kedua kelompok karyawan tersebut pun tak akan mudah dan memakan cost yang tidak sedikit.
Sedangkan jika turnover tinggi pada low performers, bisa jadi membawa dampak positif bagi banyak aspek, mulai dari employee engagement, produktivitas hingga profit, asalkan kita bisa meminimalkan persentasenya dan menggantinya dengan sumber daya manusia yang kualitasnya jauh lebih baik. Turnover rate tinggi pada low performers mengindikasikan perusahaan perlu melakukan perbaikan pada proses rekrutmen.
Adapun turnover tinggi pada kelompok new-hired, kemungkinan besar menandakan ada masalah dalam proses seleksi, onboarding dan/atau proses training.